Rabu, 30 April 2008

Menangislah!!

Menangislah bila ingin menangis…

Entah kapan terakhir kali kita menangis,mungkin tadi pagi, atau semalam, atau minggu lalu, atau bulan lalu, atau tahun lalu, atau mungkin kita sudah tidak ingat lagi kapan terakhir kali kita menangis. Lalu seberapa seringkah kita menangis? Apakah wajar bila kita sering menangis? Ataukah wajar bila kita bahkan sangat jarang sekali menangis?

Lalu apa yang kita tangisi?sebegitu haruskah sesuatu tersebut kita tangisi?apa yang sebenarnya patut kita tangisi?harta?tahta?wanita?akademik?persoalan hidup?menangis karena kesal?menyesal?

Sungguh suatu saat nanti kita akan merindukan menangis. Kita adalah manusia, mempunyai sisi lain yang mempunyai perasaan dalam menjalani hidupnya. Kita bukan robot, yang bisa menjalani hidupnya tanpa memakai perasaan. Kita beruntung menjadi manusia, yang mempunyai sisi lain dalam kehidupannya, yaitu sisi spiritualitas. Dan menangis adalah manusiawi.

to be continued...

Selasa, 08 April 2008

asrama gue kena RACUN!!!

Racun!!!

Racun!!!

Racun!!!

Mati laju darahku

Takluk sudah hebatku!!!

memang kau racun!!!

Wanita racun dunia!!!

Karena dia butakan semua!!!

Apa daya itu adanya…

Racun!!!

Hilang akal sehatku!!!

Adapted from the changcuters: racun dunia

GIle ni lagu jadi top request asrama gue,mungkin gara2 banyak penghuninya yang pernah menjadi panglima jenderal besar tian Feng!!!

haha..

atau lagi pada error ya?

ngomongnya racuuuun mulu..kayaknya ni lagu ngena banget..buat kalian,gue engga...



hehe..

curhat dikit..tugas pemrograman susah banget...s***t..

Rabu, 02 April 2008

Sebuah Kisah Klasik…



Waktu itu musim hujan. Tapi kelihatannya Hari itu tidak tampak akan turun hujan. Siang ini matahari indah bersinar di atas Bumi Cengkareng yang gersang ini. Suasana di kelas masih seperti biasanya. Hanya ada sedikit rasa cemas saat menjelang ujian nasional, tradisi pHobia murid kelas XII. Siang ini Kubulatkan niatku untuk pergi ke Depok bersama Bram,teman karibku. Ada sesuatu yang harus kami antar kesana. Selepas sekolah, kami langsung berangkat. Dengan motor Supra Fit milik Bram, kami berangkat menuju Depok,tepatnya di daerah pondok Cina.

Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun denagn derasnya, dan lama-kelamaan makin lebat. Tak kusangka hari ini akan turun hujan selebat ini. Tapi sudah kepalang tanggung, pikirku. Kami terus melaju menerobos guyuran hujan walaupun harus berbasah-basahan. Ada misi penting yang kami bawa saat ini. Secercah harapan di masa depan. Sebuah gebrakan untuk mengubah tradisi. Sebuah tekad untuk mengubah kehidupan kami nanti. sebuah impian yang benar-benar ingin kita wujudkan. Oleh karena itu butuh sedikit pengorbanan untuk menggapainya.

Kami sempat berhenti di sebuah toko di daerah Margonda. Hanya untuk meneduh sesaat, dan Bram sedang berusaha untuk mengingat-ingat rute untuk mencapai tujuan kami. Patokannya cukup mudah, pertigaan di depan kampus GunDar Depok. Sementara jalan yang kami lalui monoton lurus, tetapi bukan Jakarta kalau tidak macet. Tak lama setelah meneruskan perjalanan, kami sampai di pertigaan tersebut. Kami sempat berputar-putar dan bertanya-tanya kepada penduduk setempat, tukang sate, tukang fotokopi, hingga tukang mie ba’so. Alhamdulillah ketemu juga tempat yang ingin kami tuju. Waktu itu pukul hampir pukul 20.00 malam.

Kami mencari-cari masjid diekitar sana, dan kami sempatkan untuk shalat magrib dan isya di masjid terdekat.setelah itu, Kami sempat makan dulu di warung tepat di samping rumah yang kami tuju. Sambil melengkapi berkas-berkas yang akan kami kirim kesana. Sambil makan, kami mendengar obrolan-obrolan dari mahasiswa-mahasiswa di sekitar sana. Wuih,asing sekali. Sangat berbeda denagn kehidupan di SMA ,sepertinya. Pukul 21.00 kami sampai di rumah besar yang sudah sepi itu.sepertinya penghuninya telah terlelap semua. Kami mengetuk pintu. Dari dalam ruangan keluarlah seorang berperawakan kurus, memakai kacamata, dan memakai baju koko. Kami disambut baik oleh dia. Ia mahasiswa salah satu Universitas terkenal di Indonesia. Setelah mengobrol sebentar, kami menyerahkan berkas yang tadi kami bawa.

Ya, kami berdua mengajukan permohonan beasiswa ke Beastudi Etos, sebuah lembaga beasiswa untuk biaya perguruan tinggi negeri. Timbul asa yang besar bila kami diterima di beastudi etos ini. Kami sudah lama mencari info-info tentang beasiswa kuliah. Sebuah langkah awal untuk menatap masa depan. Saat teman-teman lain sibuk untuk mengikuti PMDK dan USM PTN di berbagai perguruan tinggi negeri, kami malah sibuk mengurus beasiswa. Kami mencoba berpikir jauh ke depan, dan tentu berpikir yang terbaik yang bisa kita capai. Nantinya bila kita mendapatkan beasiswa ini, kita akan tinggal di asrama. Namun muncul sedikit ragu, melihat pola kehidupan di asrama tersebut. Puasa Senin-Kamis, bangun shubuh+shalat shubuh berjamaah, pelatihan-pelatihan pengembangan diri,memasak,piket,dll. Bisakah kami menjalani kehidupan seperti itu?

Entahlah, yang jelas saat itu yang ada dalam pikiran kami hanya segera beristirahat, dan berganti baju tentunya, karena baju kami sudah basah kuyup. Kami tinggal menunggu pengumuman apakah kami lolos seleksi untuk tahap 1 ini. Saat tiba kembali ke rumah, waktu itu pukul 23.00 malam, dan aku benar-benar rubuh. Keesokan harinya aku masih harus berangkat pagi untuk sekolah.

***